Tak Berkategori

Geneologi Harka Aswaja Di Wilayah Cirebon Timur, Spirit Peresmian Gedung MWCNU Waled

Waled_Cirebon,suaraindependentnews_id.
Hari ini Senin kemarin, 25 Oktober 2021 ada perhelatan hajat besar Peresmian Gedung MWCNU Kecamatan Waled kabupaten Cirebon. Tidak sedikit masyarakat dari kalangan Nahdliyin yang berasal dari Kecamatan Waled merasa bangga sekaligus terharu, karena di kampung halamannya sekarang sudah bertengger gedung hijau nan megah berlantai dua.

Bangunan warna hijau yang indah nan megah dua lantai di Jalan Karangsari-Gunungsari Kecamatan waled telah diresmikan penggunaannya oleh Bapak Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj Ketua Umum PBNU bersama didampingi pula oleh Bapak KH. Subhan Makmun Pengasuh Pondok Pesantren Leuweungragi Berebes Jawa Tengah.

Mantan Ketua GP Ansor Kecamatan Waled, Mustofa menyampaikan bahwa bukan isapan jempol untuk sebuah gedung NU di kampung pelosok desa yang jauh dari hingar bingar kota apa lagi jauh dari ibu kota kabupaten, MWC NU Kecamatan Waled mampu membangun Gedung NU yang sangat representatif untuk kegiatan ke-NU-an dan penguatan faham Aswaja dan membangun komitmen kebangsaan NKRI harga mati bahkan sangat mungkin kalau MWCNU Waled itu dijadikan sebagai Islamic Centernya Kecamatan Waled.

Peresmian yang ditandai dengan penandatanganan prasasti serta pengguntingan pita oleh Bapak Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj Ketua Umum PBNU. Kang Said panggilan Prof. KH. Said Aqil Siradj dalam sambutan menyampaikan ucapan selamat atas diresmikannya gedung baru. Dan atas nama pribadi selaku Pengurus PB NU, Kang Said mengucapkan terima kasih kepada pengurus MWCNU Waled atas karyanya mampu membuat bangunan yang megah dan indah. Harapannya, gedung yang megah dan indah ini bisa berfungsi, bisa mewadahi, bisa menjadi perekat untuk berteduh, dan menjadi inspirasi bagi umat khususnya Nahdliyin.

“Ketua PBNU dalam ceramahnya menyoroti tentang liberalisasi ideologi yang dinilainya berbahaya bagi keutuhan NKRI.”

“Kita sekarang hidup di era liberal. Tepatnya liberalisasi informasi, sampai-sampai dunia makin kecil dengan teknologi informasi. Tidak ada lagi bisa ditutupi semua bisa diketahui. Ada banyak bentuk liberalisasi, ada liberalisasi informasi, liberalisasi investasi dan liberalisasi ideologi,” tuturnya.

Saat ini semua informasi baik itu ekonomi maupun politik bisa diketahui melalui teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi memang banyak baiknya, tapi keburukannya juga tak kalah lebih banyak. Salah satu manfaatnya adalah perpustakaan tidak perlu lagi dengan rak-rak buku yang luas, tapi cukup dengan flash disc bisa menyimpan ratusan buku. Keburukannya juga tak kalah banyaknya, di antaranya adalah prostitusi online, penipuan dan lainnya.

Kemudian, liberalisme investasi. Semua investasi di Indonesia tidak dibatasi atau tidak disaring. Tapi, lanjut dia, yang paling bahaya adalah liberalisasi ideologi. “Liberalisasi ideologi paling bahaya. Di Cirebon Selatan, ada pesantren santrinya lulus tidak pandai dalam penguasaan kitab klasik Islam, tapi justru mahir merakit bom, “ujarnya.
Kondisi demikian berbeda dengan pesantren NU.

Di Indonesia terdapat 23.000 pesantren yang berkultur NU, tidak satu pun santrinya terkibat teroris. Sebab, di pesantren NU, kiainya mengajarkan saling mengormati, sikap lemah lembut dan pengetahuan kitab klasik Islam. “NU memegang prinsip tawasut atau moderat. Artinya tidak ekstrem kiri atau kanan,” tandas dia.

“Investasi pasti membawa dampak positif, dampak negatifnya jangan diambil. Untuk itu cara mengatasinya adalah pertahanan diri harus kuat serta tidak tergantung dengan luar negeri,” sambungnya. Karenanya, salah satu langkah untuk mengurangi ketergantungan kepada investasi luar negeri sektor pertanian perlu digarap serius. Bagi warga nahdliyin, apabila sektor pertanian seperti beras, jagung dan lainnya tergarap maksimal mungkin sebagian persoalan

Dalam kesempatan sebelumnya KH. Subhan Makmun memberikan gambaran sejarah dan kiprah NU di tengah-tengah umat dan negara. Banyak organisasi-organisasi keagamaaan yang berseberangan dengan NU dan Negara pasti hancur, HTI dan FPI bubar itu contoh kecil organisasi keagamaan yang nyata-nyata berseberangan dengan NU bahkan menghina kyai-kyai NU. Karena kalau dianalogikan NU adalah sebuah organisasi yang proporsional. NU yang besar ini semestinya bisa memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara. Dan memang nyatanya NU dalam sejarahnya ikut andil membela dan memperjuangkan berdirinya negeri ini.

Sementara itu, Ketua Pembangunan Gedung MWCNU, Bapak Mustahdi, S. Ag dalam laporan menyampaikan bahwa pembangunan gedung memakan waktu selama 1 tahun yaitu dimulai dari 2020 sampai bulan 2021 bisa berjalan dengan lancar semata-mata berkat kerja sama semuanya dibantu oleh para panitia pembangunan yang sangat solid.

Peran yang sangat besar tidak lepas dari peran Bapak KH. Abdul Basith baik moril maupun materil setiap hari sangat besar sehingga terselesaikannya pembangunan gedung ini. Beliau Pengasuh Pondok Pesantren Nihayatul Amal yang selalu membantu dan mensupport pembangunan Gedung NU ini hingga selesai.

Dengan diresmikannya Gedung MWCNU Kecamatan Waled maka dimulailah harkah gerakan Aswaja dan penguatan NU dari pinggiran kampung bukan dari pusat-pusat aktifitas NU yang terjadi saat ini. Pengurus Tanfidziyah MWC NU Waled terlihat sangat solid dan kuat terlihat dari waktu ke waktu bermunculan banom-banom yang ada di bawahnya seperti: Muslimat, GP Ansor, Fatayat, IPNU-IPPNU, Pagar Nusa, dan lain-lain, pungkas Mustofa yang merupakan Dosen STID Al Biruni Cirebon (Kabiro/Asr)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button