PENDIDIKAN

MENAKAR CALON PEMIMPIN DI PILKADA.

Penulis adalah Dosen FKIP UMSU Medan / SMK Negeri 1 Pancur Batu Deli Serdang, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Deli Serdang dan Aktivis Sosial. (ARIFULHAK  ACEH, S.Pd., M.Hum.)
e: [email protected] HP /WA : 0813 9646 1660.

MEDAN (SUMUT), SUARA INDEPENDENTNEWS.ID

Dewasa ini pesona  orang nomor satu di sebuah instansi mulai level rendah sampai yang tinggi menjadi incaran hampir semua orang di negeri ini. Semua berlomba untuk mendapatkannya baik dengan cara yang normal maupun tidak lazim. yang penting bisa mendapatkan posisi puncak. 

Fenomena ini semakin jelas terlihat pada situasi ‘Pesta Demokrasi’ mulai berlangsung. berbagai atraksi untuk mengerahkan massa dilakukan, mulai dari pemberian sembako gratis, bantuan peralatan yang dibutuhkan masyarakat hingga uang tunai.

Masyarakat semakin lama terbiasa dengan keadaan yang seperti ini dan  rakyatpun  cukup menikmati situasinya. Ya sebuah pesta demokrasi. Begitu para pejabat di negeri ini menyebutnya pada saat pemilihan. Keasyikan untuk mengikuti ‘Pilkada’ ataupun ‘Pilpres’ kadang menjadi obat stress temporal bagi rakyat. Tak bisa dipungkiri keadaan ini dari hari ke hari melahirkan suatu fenomena menarik untuk dimaknai sebagai kemajuan atau kemunduran berdemokrasi di tanah air. 

Untuk menjadi  pemimpin bukanlah hal yang mudah, diperlukan banyak hal untuk mewujudkannya. Pemimpin adalah sebuah posisi puncak yang begitu menggairahkan bagi banyak orang. Kenapa tidak ? Gaji yang tinggi dan otoritas yang melekat padanya.menjadikan  impian yang menggelora untuk meraih titel pemimpin.

“Bercita-cita menjadi pemimpin bukanlah hal yang terlarang. Silakan saja. Akan tetapi, menjadi pemimpin yang baik tentulah itu yang diharapkan masyarakat. Jujur bila ditanyakan kepada masyarakat, tipe pemimpin mana yang mereka inginkan tidak lain adalah pemimpin yang memiliki wawasan yang luas, bijaksana, pendengaran yang baik, konsisten dengan perkataan dan perbuatan, mau mengakui kesalahan dan kekurangan (Siagian,SP : 2016)”.

Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya. Pemimpin adalah individu manusia yang diamanahkan mempimpin ke arah mencapai  tujuan yang telah ditetapkan. 

Seyogianya seorang pemimpin adalah menjadi pemimpin sejati dimana dia mumpuni menjadi orang yang mempercayai anggota timnya  dan tidak  pernah menahan informasi dan menjadikannya rahasia. Menyimpan rahasia dan bersikap tidak transparan akan merusak kepercayaan anggota tim yang akan melemahkan kapabilitas seorang pemimpin. 

Pada suasana menjelang pemilihan umum daerah (Pilkada) seperti sekarang ini, kita bisa menyaksikan berita yang  disuguhkan media tentang aksi dan perilaku  para calon pemimpin yang kelihatannya sangat dekat dengan rakyatnya.

Terlihat mereka begitu akrabnya dan antusias dengan rakyat yang nanti akan dipimpinnya. Rakyat menyampaikan uneg-unegnya dan sang calon asyik masygul mendengarkan. Hampir  tak ada lagi jarak antara pemimpin dan rakyatnya.

Di media massa, Calon Kepala Daerah  A mengunjungi korban kebakaran, puting beliung, banjir dan memberikan bantuan. Calon Kepala Daerah B berdialog dengan pedagang asongan dan membeli barang di pasar tersebut. Atau melakukan pengumpulan massa didukung oleh atraksi band terkenal didukung artis-artis ibukota dan di penghujung acara bernyanyi bersama rakyat.

“Kedua calon melakukan pendekatan dengan gaya yang hampir sama yakni  DDR (Dekat Dengan Rakyat)”.

Apakah cara yang dilakukan kedua calon tersebut  salah ? Tentu saja tidak. Ini adalah perilaku yang seharusnya dimiliki oleh para calon pemimpin yakni  Dekat Dengan Rakyat.

Yang menjadi permasalahan adalah apakah hal ini mereka lakukan hanya menjelang pemilu untuk mengumpulkan  suara atau memang inilah perilaku mereka kesehariannya. Selnajutnya, bagaimana kita menakarnya ?

Mari kita lihat perilaku pemimpin Islam tempo doeloe ; Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, atau Ali bin Abi Thalib. Semuanya begitu dekat dengan rakyat yang dipimpinnya. Begitu juga dengan The Conqueror termasyhur Shalahuddin Al Ayyubi maupun Al Fatih. Mereka sangat dicintai rakyatnya. Mereka sangat peduli dengan kebutuhan rakyatnya bahkan mereka tak  sanggup  tidur bilamana rakyatnya masih ada yang kelaparan. Hebat, bukan. ? 

Tentu saja decak kekaguman akan menyertai kita. Semuanya ini disebabkan nilai-nilai ketauhidan dan amanah yang mereka amalkan dalam kehidupan mereka telah menjadi bagian dari nafas mereka. Dengan berpedoman apa ? Tak lain adalah sumber agama yang sudah terpatri dalam nurani mereka.

Dengan berbekal kepedulian kepada masyarakat inilah, para pemimpin Islam tidak pernah takut dikhianati atau takut dengan pembunuhan. Mereka berpasrah hanya kepada Sang Pencipta yaitu Allah Subhanahuwata’ala. Umar bin Khattab maupun Umar bin Abdul Aziz yang dikenal dengan the best solutioner mampu membawa kesejahteraan bagi masyarakatnya dan perlahan-lahan mengukir sejarah keberhasilan baik di bidang keamanan maupun kemakmuran.

Tidak ada rasisme. Tidak ada perbedaan warna kulit, ras maupun dominasi sebuah bangsa atas bangsa lain. Untuk masalah agama / keyakinan didasarkan pada ‘Lakum dinukum ‘walyadiin’ untukmu agamamu dan untukku agamaku. Masalah negara semuanya didasarkan pada persamaan hak dan kewajiban berdasarkan  hukum yang ditegakkan berpedoman pada nilai-nilai keagamaan.

Atau kita lihat bagaimana seorang mantan presiden Amerika Serikat yang bernama Obama yang awal karirnya dimulai sebagai seorang aktivis sosial peduli dengan kebutuhan masyarakat dan berdialog langsung dengan rakyat bawah. Meskipun demikian, saat bertemu dengan masyarakat beliaupun tak jarang ditolak, anti dengan ide-ide yagn disampaikannya.

Namun hal ini tak membuatnya gerah bahkan semakin bersemangat berinovasi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dialami oleh masyarakat tersebut. Dan usaha ini tidak sia-sia ketika beliau berhasil duduk di kursi Dewan Perwakilan Rakyat yang akhirnya menjaidkan dirinya sebagai Presiden Amerika Serikat.

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa hal yang harus dimiliki seorang calon pemimpin adalah kemampuannya menyelesaikan permasalahan sosial kemasyarakatan dimulai dari lingkungan terdekatnya. Kemampuan seperti ini harus dimiliki oleh setiap calon pemimpin daerah (bangsa).

Selain menunjukkan kualitasnya sebagai seorang pemimpin juga membuktikan hubungan keakrabannya dengan rakyat. Jangan sampai seorang calon pemimpin hanya terkenal karena iklan,dibesarkan media massa atau bahkan dengan tebar uang lalu tidak mengenal sama sekali tetangga di sekitarnya. Apalagi membantu kesulitan mereka. Ketika telah duduk di kursi puncak malah ketakutan didatangi rakyatnya.

Jadi, kalau kita  ingin tahu kualitas pemimpin yang kita dukung maka silakan cari tahu  informasi tentang keakraban mereka terhadap tetangganya. Lihat karya-karyanya yang terekam media digital seberapa kontribusi dan keterlibatan mereka terhadap permasalahan di lingkungan sekitarnya.

Siapapun yang terpilh dari hasil Pemilukada ini, ke depannya  semua berharap bahwa daerahnya akan mempunyai pemimpin yang mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang tidak banyak menebar pesona berupa  janji-jani manis. 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button