POLITIKTOKOH

Rekam Jejak Ketua AMPG Kabupaten Solok, Menuju Kursi Legislatif, Wakili Impian Warga Ujung Ladang Koto Sani

Trio Karno Vivo ; Saatnya Generasi Muda Memikirkan Daerah 

Trio Karno Vivo, Ketua AMPG Kabupaten Solok periode 2021-2026

 

Kab Solok, Suaraindependent.idMemiliki rekam jejak dan kisah hidup dari masa kanak kanak hingga dewasa yang jauh dari kata senang dan bahagia. Trio Karno Vivo yang saat ini menjabat sebagai Ketua AMPG Kabupaten Solok periode 2021-2026, mencoba peruntungan di dunia politik melalui partai Golkar sebagai Calon Anggota Legislatif Kabupaten Solok periode 2024-2029

Berkiprah di bidang politik, bukanlah sebuah impian yang dipendam Vivo sejak kecil. Ikut sebagai salah satu kontestan pada pileg 2024 mendatang merupakan sebuah tuntutan jiwa. Dorongan kuat dari masyarakat daerahnya, meluluhkan nuraninya yang semula pebisnis, namun akhirnya bermuara di dunia politik.

Eskalasi Pileg DPRD Kabupaten Solok 2024 bergerak dengan super cepat. Hampir seluruh pihak dan seluruh elemen, terpapar gelinding kontestasi yang bergerak sangat liar. Termasuk, segmen generasi milenial dan Gen Z. Di segmen ini, nama Trio Karno Vivo menjadi magnet yang membawa harapan baru di jagat politik Kabupaten Solok, yang tak henti bergejolak. Bagaimana kisahnya?

Penelusuran awak media ke daerah Trio Karno Vivo

Teriknya sinar matahari di Jorong Ujung Ladang, Nagari Koto Sani, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, tidak begitu terasa. Penyebabnya, semilir angin perbukitan yang berhembus, mampu meredam panasnya pancaran sinar matahari. Suasana sejuk itu, menjadi antitesis dari iklim Solok Utara (Kecamatan X Koto Singkarak, X Koto Diatas, Junjung Sirih) yang termasuk kategori wilayah beriklim panas. Sekadar diketahui, Kabupaten Solok memiliki tiga iklim, yakni panas di Kabupaten Solok bagian utara, iklim sedang di Kabupaten Solok bagian tengah dan timur, dan iklim dingin di Kabupaten Solok bagian selatan.

Jorong Ujung Ladang, menjadi pelengkap dari jargon “Negeri Lima Danau” Kabupaten Solok, karena memiliki sebuah danau yang bernama Danau Tuo Ujung Ladang. Empat danau lainnya adalah Danau Singkarak di Kecamatan X Koto Singkarak, Danau Diatas di Kecamatan Lembah Gumanti, Danau Dibawah dan Danau Talang di Kecamatan Danau Kembar

Namun, berbeda dengan empat danau lainnya, Danau Tuo Ujung Ladang sama sekali “belum tersentuh” komitmen Pariwisata dari Pemkab Solok. Tidak hanya saat ini, tapi sudah dari masa-masa pemerintahan sebelumnya. Terbukti, belum ada fasilitas pendukung, seperti fasilitas wisata, promosi wisata, bahkan jalan menuju ke danau tersebut, sangat jauh dari kata layak. Miris, jika dibandingkan dengan potensi pariwisata luar biasa yang dimilikinya.

“Inilah kampung saya. Indah, sejuk, dan damai”

Ungkapan tersebut mengalir dari seorang anak muda berpenampilan rapi, tubuh tinggi besar, berambut pendek dengan kepala bulat. Ya, dari perawakannya yang gagah tersebut, mungkin banyak yang mengira dia adalah seorang tentara. Dia lah Trio Karno Vivo, calon legislatif (Caleg) DPRD Kabupaten Solok dari daerah pemilihan (Dapil) Solok 2 (Kecamatan X Koto Singkarak, X Koto Diatas dan Kecamatan Junjung Sirih) dari Partai Golongan Karya (Golkar) nomor urut 3

Trio Karno Vivo, mengaku dirinya memutuskan maju di eskalasi Pileg DPRD Kabupaten Solok dengan prinsip dan keyakinan yang sangat kuat. Hal itu, menurutnya tidak terlepas dari dukungan kuat dari masyarakat Jorong Ujung Ladang dan karib kerabatnya di Nagari Koto Sani, serta Nagari lainnya di tiga kecamatan di Dapil 2 Kabupaten Solok ini.

Vivo yang juga akrab disapa Kayo tersebut, menuturkan bahwa keputusannya maju adalah untuk meningkatkan marwah masyarakat Jorong Ujung Ladang. Vivo mengaku, sejak dulu, bahkan hingga kini, banyak yang tidak tahu dimana Ujung Ladang. Bahkan, masih banyak bertanya: adakah daerah yang bernama Ujung Ladang.?

Sejak dunia terkembang, jangankan untuk mencalon Dewan, mencalon Walinagari saja, belum ada dari Jorong Ujung Ladang ini. Bahkan, yang menjadi PNS dari Jorong Ujung Ladang, baru di angkatan ayah saya. Selama ini tidak pernah ada. Jadi, jangan tanya apakah pernah ada pejabat dari Ujung Ladang. Sehingga, jika saya terpilih di Pileg 14 Februari nanti, ini adalah sejarah baru bagi Ujung Ladang, dan akan menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya. Bahwa, tidak ada yang mustahil, jika kita punya keyakinan kuat”

Vivo juga menuturkan, sejak dirinya memutuskan maju di kontestasi Pileg DPRD Kabupaten Solok, dirinya mengaku mendapatkan dukungan luar biasa dari masyarakat Jorong Ujung Ladang. Yakni, sebagai pendobrak “tradisi”, bahwa orang dari Ujung Ladang, bisa setara dengan daerah-daerah lain di Nagari Koto Sani dan nagari-nagari lain di Kecamatan X Koto Singkarak dan Kabupaten Solok. Bahkan, sejak dirinya masuk ke daftar Bakal Calon Legislatif (Bacaleg), calon-calon dari daerah lain, tak ada yang mau memasang alat peraga kampanye (APK) di Ujung Ladang

Saya bahkan meminta Caleg-Caleg lain untuk memasang gambar di Ujung Ladang, karena saya juga kan memasang gambar di daerah lain di Dapil 2. Bahkan Tim Saya bersedia untuk memasangkan sekaligus menjaga agar APK itu agar nantinya tidak ada yang merusak,” ungkapnya.

Dengan jumlah daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 1.083 orang, Jorong Ujung Ladang terbagi dalam lima korong, yakni Danau, Danau Tuo, Bateh Batiah, Guguak Tangah, dan Ubun-Ubun. Sementara, jumlah suku juga terbagi lima, yakni Sumagek, Koto, Panyalai, Delapan Hindu, dan Balai Mansiang. Untuk target perolehan suara, Trio Karno Vivo mengaku “hanya” menargetkan 70 persen suara atau sekira 700 suara di Jorong Ujung Ladang

Sementara itu, di tiga jorong lainnya di Nagari Koto Sani, Vivo menargetkan meraup 600 suara di Jorong Limo Niniak dari 1.010 DPT. Kemudian 200 suara di Jorong Kasiak dari 1.283 DPT dan 200 suara dari 2.400 DPT di Jorong Padang Belimbing.

Sementara, di nagari-nagari lainnya di wilayah Dapil 2, Vivo menancapkan target “realistis”. Di samping banyak calon dari partai-partai lain, dirinya juga mengandalkan suara dari karib kerabatnya dan orang-orang yang menjadi mitra bisnis dan koleganya di berbagai organisasi yang digelutinya. Seperti 200 suara di Nagari Sumani (X Koto Singkarak) yang menjadi lokasi usahanya, Toko “Amanah Bangunan”

Kemudian, 300 suara di Nagari Tanjung Alai (X Koto Diatas) yang sudah digarapnya selama tiga tahun. Lalu, 200 suara di Nagari Bukit Kandung, 100 suara di Nagari Paninjauan, 20 suara di Nagari Tanjung Balik (X Koto Diatas). Kemudian sekira 50 suara di Nagari Aripan, 20 suara di Nagari Singkarak, 20 Suara di Nagari Saniang Bakar, 20 suara di Nagari Kacang, 20 suara di Nagari Tikalak (X Koto Singkarak). Serta puluhan suara di daerah-daerah lainnya.

Selain daerah yang menjadi basis saya di Jorong Ujung Ladang dan Nagari Koto Sani, di daerah-daerah lainnya, saya mematok target realistis. Sebab, setiap Caleg dari daerah tersebut, tentu memiliki keyakinan dan harapan yang sama dengan saya. Yakni, sama-sama berharap untuk terpilih dan berkomitmen membangun daerah ini untuk lebih baik ke depannya,” ungkapnya.

Masa Kecil yang Getir

Setelah “berapi-api” menceritakan antusiasmenya, peluang dan targetnya tampil di kontestasi Pileg 14 Februari 2024, air muka Trio Karno Vivo, langsung berubah saat diminta menceritakan kisah masa lalunya, perubahan peruntungan hidup dan keputusannya terjun ke dunia politik

Meski saat ini Vivo dikenal sebagai pengusaha muda sukses dengan usaha utama sebagai pemilik Toko Amanah Bangunan di Nagari Sumani, ternyata kisah hidupnya tidak semanis yang dibayangkan. Termasuk, bagaimana awal memulai usaha toko bahan bangunan dengan tanpa memiliki pengalaman sedikitpun. Bahkan, kisah hidup masa kanak-kanaknya, juga tak kalah getir.

Trio Karno Vivo lahir di Jorong Ujung Ladang pada 11 November 1985. Masa kanak-kanak dihabiskannya di Ujung Ladang dengan teman-teman sebaya, anak-anak yang lebih kecil dan yang lebih besar darinya. Pendidikan dasar ditamatkan di SDN 01 Ujung Ladang. Dari dokumen pencalegan terkait riwayat sekolah, SLTP dan SLTA, Trio Karno Vivo diketahui melampirkan dokumen Paket B (setara SLTP) dan Paket C (setara SLTA)

Sementara dirinya saat ini juga tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum di salah satu universitas di Kota Bukittinggi. Keberadaan ijazah Paket B dan Paket C tersebut, sejatinya sudah menjelaskan bagaimana beratnya masa kecil dari Trio Karno Vivo.

Di masa kanak-kanak yang “berat” tersebut, Trio Karno Vivo kemudian diketahui “merantau” ke Provinsi Riau. Namanya, kemudian kembali muncul ke permukaan di media 2011-an. Vivo diketahui memiliki usaha grosir penjualan sandal, sepatu dan pakaian jadi. Di samping itu, dirinya tergabung di Ikatan Keluarga Minang Riau (IKMR) dan aktif di pengajian Majelis Zikir Al Hidayah Riau. Pengajian Majelis Zikir Al Hidayah ini, diakui Vivo banyak mengubah pandangan, prinsip dan arah hidupnya kelak.

Pulang Kampung karena Covid-19

Pada awal 2020, seluruh dunia dilanda pandemi Covid-19, dengan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebiasaan Vivo yang bolak-balik Pekanbaru-Solok, membuat dirinya sering terhambat di perbatasan. Di samping itu, pandemi Covid-19 berdampak luas terhadap perekonomian masyarakat. Sehingga, Vivo juga mendapatkan dampak yang signifikan terhadap usahanya. Dalam kondisi sulit dan kerinduan dahsyat ke kampung halamannya, Vivo kemudian memutuskan pulang ke Kabupaten Solok

Pilihan itu sangat sulit, tapi harus saya ambil. Sesenang-senang di rantau, tentu rindu kampung lebih tinggi. Akhirnya, saya memutuskan pulang kampung,” ujarnya.

Saat pulang kampung itu, Trio Karno Vivo sempat terhalang di pos perbatasan Sumbar dan Riau. Saat itu, Vivo pulang bersama keluarga dan rekan-rekannya dengan mengendarai beberapa buah mobil. Namun, hanya dirinya yang tidak diizinkan melewati pos perbatasan. Hal itu, karena di rombongan itu hanya dirinya yang ber-KTP Riau, sementara yang lainnya ber-KTP Sumbar

Tak habis akal, setelah mengizinkan teman-temannya melewati perbatasan dan menunggunya di dekat perbatasan di wilayah Sumbar. Awalnya, Vivo berharap bisa lewat di saat para petugas lengah di malam hari. Atau menempuh jalan kaki melewati hutan. Namun ternyata, tidak berapa lama kemudian, ada orang yang mengaku tukang ojek yang menawarkannya tumpangan untuk melewati perbatasan. Meskipun, tarif yang diminta Rp100 ribu, Vivo akhirnya menyanggupi dan akhirnya bisa melewati perbatasan. Setelah melewati perbatasan, dirinya menelpon rombongan dan akhirnya bisa kembali dengan selamat ke Solok.

Memulai Usaha Toko Bangunan

Setelah beberapa hari di kampung, Vivo mulai dihinggapi rasa bosan, karena kebiasaannya selama di Riau berusaha, namun di kampung, belum memiliki usaha yang menghasilkan. Berbekal tiga mobil yang dimilikinya, yakni mobil pick up L300, Mitsubishi Pajero dan Daihatsu Grand Max, semua dilegonya untuk modal. Usaha yang dipilihnya adalah toko bangunan. Meskipun, awalnya memilih usaha penjualan pupuk. Nama yang dipilihnya adalah Amanah, agar kesannya tetap agamis

Awalnya, saya ingin buka usaha penjualan pupuk. Namun ternyata, terlalu banyak regulasinya. Usaha toko bangunan akhirnya saya pilih, karena kalau bahan bangunan, seluruh lapisan masyarakat pasti butuh bahan bangunan. Alasan lainnya, tidak ada toko bangunan di sekitaran Pasar Sumani. Saya, juga memanfaatkan keengganan bahkan ketakutan banyak masyarakat terhadap jalan raya Lintas Sumatera. Sementara, nama Amanah, saya pilih karena ingin agamis,” ungkapnya.

Terjun ke Organisasi dan Masuk ke Dunia Politik

Awal merintis usaha toko bangunan itu, Vivo mengaku sangat kesulitan. Apalagi, dirinya tidak memiliki pengalaman sedikitpun terkait usaha bahan bangunan. Bahkan, setelah berbelanja berbagai bahan bangunan, hasilnya ternyata tidak seberapa. Bahkan, di awal-awal, dirinya sendiri yang melakukan bongkar muat ke pembeli

Namun, dari situ, Vivo juga mulai mengenal banyak orang dan mulai ikut berbagai organisasi. Bahkan, kini Vivo tercatat sebagai Ketua Pokdarwis Danau Tuo, Ketua Pemuda Jorong Ujung Ladang, Ketua PAC PP X Koto Singkarak dan Ketua AMPG Kabupaten Solok

Saya bergabung dengan Pemuda Pancasila karena dekat dengan Lamud Wijaya (Ketua MPC PP Kabupaten Solok). Lalu, dengan berbagai orang lainnya di PP, bahkan lintas partai juga,” ujarnya.

Pemuda Pancasila ini, Vivo kemudian kenal dengan Anggota DPRD Sumbar dari Partai Golkar, Hardinalis Kobal yang mengajaknya bergabung ke Partai Golkar. Meskipun, sejumlah partai lainnya, juga memintanya bergabung. Vivo kemudian dipertemukan dengan Ketua DPD Golkar Kabupaten Solok Mukhlis Dt Gampo Malangik. Saat itu, Mukhlis menanyakan apakah dirinya berminat menjadi Caleg dan memperkuat Partai Golkar di Kabupaten Solok. Jika berminat, Mukhlis meminta Vivo untuk mau menjadi Ketua Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Kabupaten Solok.

“Setelah dilantik menjadi Ketua AMPG dan dipersiapkan menjadi Caleg dari Dapil 2, saya kemudian langsung bekerja cepat. Yakni dengan membangun basis di Ujung Ladang, Nagari Koto Sani dan daerah-daerah lain di Dapil 2 Kabupaten Solok. Langkah pertama, saya menghubungi Niniak Mamak, Ulama, Orang-Orang tua, Tokoh Masyarakat dan pemuda. Alhamdulillah, mereka memberikan dukungan penuh,” ungkapnya.

Trio Karno Vivo juga menegaskan dirinya maju di kontestasi Pileg dan terjun ke dunia politik, untuk bisa berbuat lebih banyak ke daerah dan masyarakat. Serta menebar pesan bahwa politik sejatinya diisi oleh orang-orang baik, yang memiliki niat berbuat baik ke masyarakat dan daerah.

Seiring filosofi dari Trio Karno Vivo itu, lembayung senja di ufuk barat mulai membayang. Terpaannya juga terpapar jelas di permukaan Danau Tuo Ujung Ladang dan refleksinya semakin indah di hamparan Danau Singkarak. Sebelum azan Maghrib berkumandang, hangatnya sumber mata air panas di Korong Ubun-Ubun menjadi pilihan banyak warga mengambil wudhu. Mari memulai niat baik dengan cara yang baik. Yakni bermunajat dan beribadah kepada Allah. Ajakan Trio Karno Vivo itu diiringi sinsingan lengan baju dan celana panjangnya. (Billy@nsi-id)

Sumber ; patronnews.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button