HUT

MUHAMMADIYAH AKHIR ZAMAN

Gbr. ArifulHaq A, S.Pd., M.Hum.

MEDAN, SUARA INDEPENDENTNEWS.ID

Hidup-Hidupilah Muhammadiyah, Jangan Mencari Hidup di Muhammadiyah (KH.A. Dahlan,1912) adalah semboyan utama yang digaungkan  Sang Kiyai selama menjalankan gerakan Dakwah Amar Makruf  Nahi Munkar di tengah-tengah masyarakat yang pada saat itu belum tertindas penjajahan baik secara lahiriah  maupun theologis.

Logika berkalimat yang dilontarkan sang Kiyai menembus jauh ke ulu hati dan  peradaban masa depan untuk keutuhan sebuah bangsa. Tak ada yang paham ketika kalimat ini disampaikan pada saat itu.

Namun kepatuhan dan keikhlasan para jama’ah bimbingan beliau telah berimbas pada kegigihan untuk bersama-sama memperjuangkan sebuah persyarikatan dengan hadirnya militansi dan kepercayaan diri yang tinggi.

Seiring bertambahnya masyarakat yang bergabung dalam persyarikatan,perjuangan dakwah pun semakin hari semakin meluas dari satu daerah ke daerah lain.

Apa yang diajarkan oleh sang Kiyai langsung diamalkan dan semua merasa berkepentingan dan harus berbuat sesuatu untuk melanjutkan dakwah. Sehingga ummatpun  semakin sadar bahwa butiran kalimat Sang Kiyai benar telah membekas di lubuk sanubari mereka.Tanpa dikomando, mereka telah bangkit dan sadar APA, SIAPA, BAGAIMANA melepaskan diri dari sebuah belenggu.Ya, awal sejarah telah dimulai. Bersatu dalam satu bendera perjuangan-Islam !

Ajaran Islam tidak mengenal perbedaaan ; ras, budaya, kasta, bahasa, keturunan. Di hadapan  Allah, semua manusia sama hanya ketaqwaanmulah yang membedakanmu satu sama lain (QS. Al Hujurat :13) Islam terikat hanya dalam dalam satu wadah yakni Islam Rahmatan Lil’Alamin (QS.Al Anbiya : 107).

Sejarah telah mencatat bahwa di  awal persiapan kemerdekaan, buah ilmu yang dipelajari dari Sang Kiyai telah mendorong para kader Muhammadiyah bertekad dan mengikhlaskan diri sebagai syuhada negeri ini.Tanpa pikir panjang, mereka menggabungkan diri dalam berbagai kesatuan lasykar.Tanpa memikirkan berapa gaji yang diterima,mereka telah berniat hanya karena Allah semata berjuang untuk membebaskan diri dari kezaliman si angkara murka.Nama-nama seperti Ki Bagus Hadi Kusumo, Juanda, Sudirman, KH. Mas Mansur, KH. AR. Fakhruddin, Buya Hamka, H.Kasman Singodimedjo, Mr.Teuku Muhammad Hasan, KH.Abdul Kahar Muzakkir, Haji Agus Salim, Lafran Pane, Dokter Soutomo,dll.adalah produk keberhasilan  dakwah yang dinakhodai Kiyai Ahmad Dahlan dalam kapal Muhammadiyah yang damai dan mencerahkan.

Problem Abad Kini

Dalam Satu Abad lebih gerakan misi dakwah amar makruf  nahi munkar yang diemban, para kader telah menyadari dengan keteguhan hati dan pendirian matang bahwa untuk mewujudkan kesuksesan tujuan gerakan ini dibutuhkan usaha yang tiada henti. Satu abad yang telah dilalui merupakan goresan emas yang penting bagi Muhammadiyah dalam usaha membuktikan kesungguhan berdakwah dan memberikan keteduhan di tengah  zaman yang penuh godaan.

Dalam rentang seratus tahun Muhammadiyah telah berjuang mencerahkan kehidupan umat, bangsa, dan peradaban manusia di jagat raya ini.Setelah seratus tahun, akhirnya perjuangan Muhammadiyah diakui  masyarakat luas sebagai gerakan Islam yang menorehkan tinta sejarah pembaruan di Indonesia. Pengakuan tersebut diterima dari berbagai kalangan baik secara “formal” maupun dari pihak yang masih “malu-malu” tetap diberikan kepada Muhammadiyah karena ketokohan  maupun kepakarannya.

Tantangan Masa  Depan

Pada masa yang akan datang harapan yang digantungkan kepada Muhammadiyah adalah sebuah gerakan unik yang diharapkan semakin baik dan maju,dan menjadikan  Muhammadiyah sebagai gerakan yang membumi dan berkemajuan. Oleh karena tantangan yang dihadapi  sangatlah berat dan bervaritas tingkat internasional, maka perubahan peta  politik dunia baik Islam maupun sekulerisasi akan semakin kompleks. Namun demikian, pengaruh gerakan Muhammadiyah telah menggetarkan seluruh dunia yakni ditandai dengan hadirnya perwakilan-perawakilannya di  pelataran internasional di Mesir, Malaysia, Singapore,Thailand, Filipina,  Australia, Selandia Baru, USA, Inggris, dan beberapa negara lain.

Di dalam negeri, diakui atau tidak  bahwa pergolakan politik nasional kita juga memberikan andil yang sarat dengan tantangan untuk dihadapi secara ksatria oleh Muhammadiyah.Iming-iming dan gemerlapnya jabatan di pemerintahan maupun paratai politik tidaklah signifikan terhadap laju pergerakan ini dan tawaran gombal ini pun pada akhirnya mampu dilewati dengan pendekatan asimetris bil hikmah.

Bagaimana dengan umat  Islam ? Ya, meskipun secara jumlah adalah mayoritas namun secara kualitas masih menyisakan sejumlah peertanyaan yang harus dijawab oleh pergerakan ini. Umat Islam masih lemah baik secara politik, ekonomi, maupun budaya. Masalah klasik umat yakni kemiskinan, berfirqah-firqah dan konflik paham masih berlangsung. Bahkan terbukti, akhir-akhir ini issue tentang Islam semakin mencuat dan dimanfaatkan oleh berbagai kelompok untuk mencapai tujuannya. Umat Islam dengan mudah “DIADU-DOMBA” dan “DIKAMBING-HITAMKAN”. Di sisi lain, umat Islam “DISANJUNG-SANJUNG” dan dininabobokan dengan cerita masa lalu tentang kehebatan umat Islam namun tidak ada usaha real dan sungguh-sungguh dari penguasa negeri.

Seiring dengan itu, teknologi / pengetahuan semakin tidak asing bagi masyarakat, dan telah menjadi bagian dari kehidupan.Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan mendorong masyarakat berlomba untuk memprolehnya dan menikmatinya.Program tanpa batas yang tersuguhkan dalam konten-konten teknologi menusuk jauh dalam bilik-bilik kediaman generasi muda muslim.

Selanjutnya, aktivitas ekonomi yang berbasis pengetahuan juga telah mendorong terbentuknya satu sistem peradaban masyarakat baru yakni masyarakat yang “Spons” serba instan. Efeknya adalah munculnya egoisme,atheisme dan mafia menjadi satu fenomena baru terhadap pergerakan dakwah.

Menghadapi fenomena ini para kader Muhammadiyah dalam pencapaian kemajuan peradaban lintas sekat senantiasa berusaha kembali kepada Khittah dan Tajdid organsisasi sehingga bisa menjadikan dirinya sebagai kader religious tidak tamak dunia.Pola penanaman akidah dalam perkaderan juga diterapkan organisani ini begitu  intens dilakukan pada jama’ahnya sehingga mereka benar-benar menyadari bahwa misi yang diemban tidaklah ringan.Menimbang pencapain  peran yang multi tantangan ini Muhammadiyah meletakkan pondasi yang kuat untuk membentengi diri yakni memperluas akses pendidikan sebab Muhammadiyah yakin haqqul yaqin bahwa kesuksesan ummat adalah dimulai dari pendidikan.Melalui pendidikanlah maka terbentuklah masyarakat pengetahuan yang berperadaban dan berkemajuan.

Hari ini, tepat 18 November 1912 Miladiyah/ 08 Zulhijjah 1330 H (109 tahun/113 tahun) gerakan dakwah Muhammadiyah proklamirkan diri genap berusia 100 tahun Miladiyah /113 tahun Hijriah sebagai gerakan dakwah amar mmakruf nahi munkar untuk kembali kepada ajaran Islam yang murni dan melepaskan  umat Islam dari Tahayul, Bid’ah dan Khurafat.

Muhammadiyah yang sejak berdiri telah menjadi gerakan fenomenal berusaha mewujudkan  dirinya  dengan segudang cita-cita dalam gerakan nyata dan konsisten pada ciri gerakan yang dianutnya yakni Tidak banyak berteori, tapi banyak berbuat.

Alhasil, keberhasilan ini ditandai dengan data terakhir menunjukkan bahwa Muhammadiyah memiliki : 174 Universitas / Perguruan Tinggi, 7.651 SLTA, 475 Rumah Sakit,       318  Panti Asuhan, 54 Panti Jompo, 82 Rehabilitasi  Cacat, 11.198 Masjid / Musholla, Dana Tunai hingga Rp. 20 Trilyun, Dana menganggur Rp.15 Trilyun di 137 Bank, Baitut Tamwil, Koperasi, dan Mini Market,  Kalkulasi total value asset Muhammadiyah mencapai Rp.320 Trilyun. Dan juga pada Miladiyahnya kali ini, Muhammadiyah meresmikan Universitas Muhammadiyah Malaysia, Muhammadiyah Australia College,Universitas Siber Muhammadiyah,dan Dasron Hamid Research and Innovation Center (PP Muhammadiyah, 2021).

Kesimpulan

 Dengan data di atas ini menjadi indikator bahwa Muhammadiyah telah menunjukkan segudang “prestasi keduniaan”, namun demikian keberhasilan ini  tidak serta-merta membuat Muhammadiyah berbangga diri dan stagnan sampai di sini saja. Program keakhiratan  terus saja digulirkan seolah tiada henti sehingga wajarlah kalau Muhammadiyah dijuluki sebagai “Gerakan Akhir Zaman”. Muhammadiyah terus maju dengan segudang amal usaha dan ikhtiar gagasan yang langsung diaplikasikan, persis seperti motto yang diusungnya“Moehammadiyah Berkemajoean”.Selamat Milad Muhammadiyah ke-109/113 Tahun.

Penulis adalah Dosen FKIP UMSU Medan / SMK Negeri 1 Pancur Batu Deli Serdang, Wakil Ketua PDM Deli Serdang, Aktivis Sosial dan Mahasiswa Program Doktor LTBI di Unimed Medan.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button